PKS Lampung Selatan

Natar (16/03) Mengikuti mukhayyam tahun ini terasa beda dengan mukhayyam mukhayyam sebelumnya. Mukhayyam adalah satu diantara sarana tarbiyah (pendidikan) yang menstresingkan pada kekuatan fisik. Dari awal, komandan mukhayyam sudah mengingatkan tata tertib yang harus ditaati semua peserta, yang sebagian besar adalah senior.

Yang paling berkesan dari semua rangkai acara tersebut adalah survival. Kami dibangunkan oleh letusan mercon yang membahana di tengah kegelapan malam. Semua siap siap untuk berkumpul dengan tertib di suatu lapangan. Sekitar jam tiga malam itu kami mulai bergerak untuk melakukan longmarc. Selama 24 jam kami berjalan kaki naik turun gunung. Berbekal botol kosong (yang boleh diisi bila nemu air) dan sekotak korek api kami melewati jalanan yang terjal, lembah dan hutan. Hujan kehujanan dan panas kepanasan, tak ada makanan yang dibawa. Kami hanya dibolehkan memakan makanan yang ada di hutan, itupun yang sudah terjatuh ke tanah. Sebab hutan itu adalah kebun milik warga. Kami dilarang meminta makanan dari siapapun, apa lagi mengambil tanaman penduduk. Bagaimana tidur?. Jangan bayangkan mendapat tempat tidur yang empuk. Kami tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit.

Perjalanan terasa panjang karena rasa lapar melilit perut semua peserta, ditambah dengan perjalanan yang sulit Tapi tak ada kata kembali karena perjalan sudah dimulai. 

Setelah menempuh perjalanan sehari semalam sampailah kami di pos terakhir . Subhanallah, nampak pada wajah peserta luapan kegembiraan yang tak bisa dilukiskan. Lelah, letih, lapar dan haus sirna seakan tak perna terjadi.

Mengikuti mukhayyam ini mengingatkan saya akan tabiat perjalanan dakwah. Diantara tabiatnya adalah pertama, katsratul a’ba’, yaitu banyak rintangan dan godaan. Jalan dakwah ini tidak ditaburi semerbak bunga dan harumnya kesturi. Tidak dihiasi indahnya petmandani. Perjalanan dakwah penuh dengan onak dan duri. Penuh dengan ujian dan cobaan. Yang berhasil dalam dakwah ini adalah mereka yang berhasil mengatasi semua godaan dan ujian tersebut. Kedua, thuulu thariq, jalannya panjang. Dakwah ini jalan yang panjang sepanjang umur kemanusian. Tidak selesai hanya dengan satu generasi. Dalam perjalan panjang ini yang dituntut dari kita adalah istiqamah bergabung dalam barisan dakwah selama hayat di kandung badan. Ketiga, qillatu zaad yaitu sedikit bekal. Perjalan dakwah tidak menjanjikan kecukupan bagi para juru dakwah. Hal itu karena setiap juru dakwah dituntut untuk berkorban dengan jiwa dan harta. Setiap juru dakwah harus siap menerima kondisi ini sebagai konsekuinsi dari jalan dakwah.

Bagi saya mukhayyam adalah miniatur perjalan dakwah. Darinya kita belajar sabar, istiqamah, Ikhlash, taat, disiplin, ukhuwwah dan bersyukur dalam menikmati jalan dakwah. Dengan semua itu seluruh ujian dan rintangan dakwah akan terasa ringan.

Sumber : Sang Pengembara ( Ustadz Komiruddin Imron Lc / Ketua DSW PKS Lampung)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama