PKS Lampung Selatan
Dr. Muhammad Hidayat Nur Wahid, MA


الحمد لله، الحمد لله الذي أكرمنا بالرسالة التي هي رحمة للعالمينوأنعم علينا بنعمة العلم والإيمانأحمده سبحانه وأشكره، وأسأله التوفيق وبرد اليقين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، إله الأولين والآخرين، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبده ورسوله، إمام المتقين وقائد الغر المحجلين، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Puji dan syukur kita hadirkan hanya kepada Allah SWT atas pelbagai nikmat, anugerah dan karunia-Nya yang melimpah dan tak terhitung. Shalawat dan salam sejahtera atas teladan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa Risalah Islam sebagai landasan untuk meraih kebahagian dalam kehidupan dunia dan akhirat, baik itu pada level individu maupun komunal.
Pada kesempatan ini pula, hendaknya kita semua senantiasa kembali menguatkan dan meningkatkan komitmen ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT, sebagai konsekuensi kita sebagai seorang Mukmin.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (33/36).

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Agama yang kita pahami, bukanlah agama yang sekadar mengatur kehidupan pribadi seorang manusia dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Namun kita meyakini bahwa Islam sebagai sebuah entitas agama, adalah juga minhâj yang mengatur hubungan antarsesama atau yang kerap disebut sebagai hubungan mu’âmalah. Oleh sebab itu, selain untuk mengantarkan seorang Muslim menjadi pribadi yang saleh, Islam juga memiliki konsep untuk mengantarkan sebuah masyarakat yang saleh, baik itu secara material maupun spiritual, jasmani ataupun ruhani.
Konsep Islam atas pembentukan masyarakat itu dapat disebut sebagai Konsep Madanî, yakni sebuah model yang merujuk bagaimana Rasulullah SAW membangun kerangka masyarakat Madinah, masyarakat yang dibangun atas tiga landasan utama yaitu: masyarakat yang berbasis masjid; berdasarkan persaudaran; dan masyarakat yang diatur oleh hukum (Piagam Madinah).

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah: kenapa langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW saat membangun masyarakat Islam di Madinah adalah membangun masjid? Maka, untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan cara melihat bagaimana Rasulullah memfungsikan masjid itu sendiri.
Adalah sangat disayangkan, masih ada di kalangan ummat Islam yang menempatkan masjid sebagai elemen bagian dari kehidupan masyarakat, bukan elemen utama dalam membangun masyarakat. Cara pandang seperti itu dikarenakan adanya ideologi sekular yang menafikan peran agama dalam pembangunan masyarakat. Padahal sejak awal kemunculannya, seperti dikatakan oleh seorang orentalis terkenal H.A.R. Gibb dalam Whither Islam, bahwa sebenarnya Islam merupakan lebih dari sekadar suatu sistem teologi saja, Islam adalah suatu peradaban yang komplit.
Dalam kaitan inilah, ada baiknya kita merenungkan kata-kata yang dilontarkan oleh seorang pembaharu asal Mesir, SyaikhHasan al-Bannâ, yang mengatakan bahwa Islam itu ’aqîdah dan ibadah, tanah air dan kewarganegaraan, toleransi dan kekuatan, moralitas dan materi, wawasan dan hukum.
Oleh karena itu, hendaknya kita kembali mengoreksi cara pandang kita terhadap Islam, yang dengan cara itu niscaya kita dapat kembali menempatkan masjid seperti yang telah difungsikan oleh Rasulullah dan generasi emas setelahnya.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Masjid pada hakikat utamanya adalah sebuah tempat untuk manifestasi ketundukan dan ketaatan seorang Mukmin kepada Allah SWT. Dengan kata lain, masjid merupakan ekspresi ibadah seorang Muslim.
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”(72/18).
Jadi kesimpulan besar dari fungsi masjid itu adalah sebagai lokasi yang dikhususkan untuk beribadah kepada Allah. Lalu, secara faktual Rasulullah dan generasi setelahnya ternyata menjadikan masjid bukan sekadar tempat untuk beribadah shalat, namun lebih dari itu. Karena ibadah seperti dijelaskan oleh Ibn Taymiyyah adalah sebuah sebutan yang mencakup segala hal yang disukai dan diridlai Allah, baik itu berupa lisan atau tindakan yang lahir atau pun yang tersembunyi. Perspektif ibadah seperti inilah yang harus ditanamkan oleh kita semua, sehingga kita semua selalu bersemboyan seperti yang digambarkan oleh Allah:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (6/162)

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Selain untuk menggelar shalat secara berjamaah, Rasulullah juga telah menjadikan masjid sebagai basis ta’lîm dan tarbiyyah(pendidikan dan pengajaran). Bagi Rasulullah, masjid adalah sekolah untuk internalisasi nilai-nilai kebaikan dan kebajikan serta pengetahuan.
Menarik diperhatikan hadits Rasulullah berikut ini:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ:"مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ(أخرجه الطبراني)
Dari Abî Umâmah, dari Nabi SAW bersabda, ”Siapapun berangkat menuju masjid dan ia tidak menginginkan kecuali untuk belajar kebaikan atau mengetahui kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala yang hajinya sempurna.” (HR. Al-Thabrânî).

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Ada benang merah kenapa langkah paling pertama yang dilakukan Rasulullah saat tiba di Madinah adalah masjid, yakni memberikan pesan bahwa sebuah masyarakat hendaknya dibangun atas landasan iman dan ilmu.
Dalam Islam, iman dan ilmu merupakan dua hal yang saling terkait dan integratif serta tidak bisa dipisahkan. Dalam pandangan Islam, ilmu/sains/pengetahuan tidak malah menciptakan ideologi semacam agnostik atau ateistik. Islam memandang bahwa untuk mencapai keimanan yang benar, haruslah ditempuh melalui proses belajar atau proses ”mengetahui”. Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ...
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah...” (47/19)

Atas dasar semangat belajar inilah peradaban Islam tumbuh dan berkembang serta memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap peradaban dunia. Dalam sejarahnya, masjid benar-benar telah menjadi sekolah-sekolah dan universitas-universitas tempat lahirnya dan sebagai kawah candradimuka ulama dan ilmuwan. Masjid menjadi perangkat shina’âh al-Hayâh yang mengantarkan masyarakar Muslim menjadi soko guru dunia (ustâzdiyyah al-’Ălam).
Dalam sejarah peradaban Islam, kita mengenal Masjid Amr ibn ’Ăsh di Fustat Mesir, tempat lahirnya harakat ’ilmiyyah di Mesir; Masjid Umawy di Damaskus; Masjid Al-Manshûr di Baghdad; Masjid Al-Qarawayin di Maroko yang terkenal dengan metodologi cara belajar-mengajarnya, dilengkapi dengan asrama-asrama mahasiswa dan perpustakaan, yang diminati oleh kalangan Ummat Islam maupun non-Muslim dari seluruh pelosok dunia, khususnya dari Eropa termasuk di antara alumninya itu adalah Gerbert d'Aurillac yang lantas menjabat sebagai Paus Gereja Katolik Roma sejak 999 hingga 12 Mei 1003; demikian pula Masjid Al-Zaytûnah di Tunisia yang terkenal dengan ilmu-ilmu syariat dan logikanya, bahkan perpustakaan masjid di Tunisia itu memiliki koleksi lebih dari 200 ribu jilid buku; demikian Masjid Al-Azhar yang kemudian menjadi Universitas Al-Azhar yang sangat terkenal itu.
Masjid-masjid itu terus melahirkan ulama dan ilmuwan, yang akhirnya masjid-masjid membangun tempat-tempat khusus untuk proses belajar dan mengajar, yang pada era berikutnya dikenal dengan madrasah. Lalu masjid-masjid pun hanya diperuntukkan untuk pengajaran ilmu-ilmu syariah saja. Maka tibalah era di mana ummat Islam mulai lemah dalam bidang sains dan pengetahuan, yang lalu diperparah oleh tiga petaka yang mendera ummat ini.
Pertama, pembumihangusan Kota Fustat tahun 564 H. Kedua, pembumihangusan Baghdad, sebagai pusat peradaban Islam ketika itu pada tahun 656 H. Ketiga, Jatuhnya Andalus di Spanyol pada tahun 897 H.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Pasca jatuhnya kiblat sains dan pengetahuan Ummat Islam di Baghdad, Mesir dan Spanyol, ummat Islam seperti ayam kehilangan induknya. Hasil ramuan ummat Islam antara Islam dengan filsafat Yunani itu telah memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan sains di dunia Barat, dan kemudian Barat menjadikan sains sebagai entitas tersendiri dan terpisah dari agama (Kristen), lantaran pengalaman ketidaksinkronan antara sains dan Kristen yang berdarah-darahan. Imbasnya, ummat Islam era sekarang ini mengikuti cara pandang Barat tersebut, yang memisahkan antara sains dan agama.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Dari paparan singkat tadi, dapat disimpulkan bahwa peradaban suatu ummat manusia akan mencapai keemasannya ketika mereka dapat menguasai sains dan ilmu pengetahuan. Sains dan ilmu pengetahuan yang unggul hanya akan lahir dari rahim pendidikan yang berkualitas. Perdaban Islam lalu Barat telah membuktikan bagaimana sains dan ilmu pengetahuan telah mengantarkan kepada masyarakat yang maju dan terdepan. Hanya saja peradaban Ummat Islam memiliki nilai tambah, yakni dilengkapi juga dengan peradaban spiritual, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara peradaban material dengan peradaban jiwa kerohaniaan.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Jadi, kata kunci terbentuknya masyarakat Madanî yang beradab dan maju adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya. Indonesia sejak tahun 1998 memasuki era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi. Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana bidang pendidikan bukan lagi domain tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi diserahkan kepada tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang–Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang lalu hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat. Perubahan dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa konsekuensi-konsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak perubahan, juga di era demokrasi ini dituntut bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa, tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-manusia yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok. Hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar, terutama kekuatan ekonomi, dimana neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya, pendidikan berorientasi kualitas dan persaingan bebas. Negatifnya, tujuan pendidikan lantas didasarkan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan keuntungan komersial alias profit oriented, yaitu mencari keuntungan sebesar-besarnya terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan. Akhirnya terjadilah komersialisasi pendidikan. Hanya orang-orang berpunya saja yang bisa mengakses pendidikan. Padahal Rasulullah mengatakan:
عن أنس بن مالك قالقال رسول الله صلى الله عليه و سلم طلب العلم فريضة على كل مسلم…(ابن ماجة)

Dari Anas bin Mâlik berkata, Rasulullah SAW berkata, “Mencari ilmu itu kewajiban atas setiap Muslim.” (HR. Ibn. Mâjah)

Pesan Rasulullah di atas menegaskan ihwal tanggung jawaban pendidikan yang bersifat individu, atau dalam bahasa fiqih sebagai fardl ‘Ain, yang itu berarti bahwa setiap Muslim memikul tanggung jawab tersebut dan pada gilirannya menjadikan tanggung jawab bersama, dalam kaitan ini Negara. Dalam konteks inilah sejarah Islam telah membuktikan bagaimana penguasa-penguasa Muslim menjadikan pendidikan sebagai domain tanggung jawabnya, sehingga mereka berhasil mencetak peradaban madanî yang memberikan kontribusi luar biasa pada kesejahteraan ummat manusia.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Dimuliakan Allah
Islam sangat menekankan urgensi dari pendidikan ini. Bahkan pertama kali yang diperintah Allah kepada Rasulullah ada sebuah proses belajar ”Iqra’ (Bacalah!). Kemudian untuk menjadikan manusia dapat belajar itu, Allah memberikan tiga modal utama (adâwât al-Ilm)al-Sam’ (pendengaran), al-Abshâr (penglihatan) dan al-Afidah (akal dan nurani).

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (16/78)

Ketiga modal itulah yang menjadikan manusia kemudian memiliki pengetahuan dengan harapan bersyukur, yang oleh Ibn Katsîr bentuk syukur yang paling utama --di samping untuk taskhîr sumber daya alam-- adalah memfungsikan ketika modal tersebut untuk mengenal Allah. Dengan demikian, Islam ingin agar pengetahuan itu membentuk manusia yang berkualitas, baik pada level personal maupun komunal, baik itu untuk yang kehidupan di dunia (taskhîr) maupun di akhirat (marifatullâh), kecerdasan intelektual maupun spiritual.

Dalam perspektif inilah seharusnya konsep pendidikan Indonesia di tempatkan, yakni mencetak manusia yang memiliki ilmu dan iman, atau meminjam istilah Prof. Dr. B.J. Habibie integrasi antara Iptek dan Imtak. Dalam kaitan ini Einstein mengatakan ungkapan ”Science without religion is lame, religion without science is blind” (ilmutanpa agama adalah lumpuh, dan agama tanpa ilmu adalah buta).

Akhirnya, marilah kita bergandengan tangan untuk secara bersama-sama menjadikan pendidikan anak-bangsa ini menuju pendidikan yang berkualitas, sehingga membawa bangsa Indonesia khususnya, dan ummat Islam pada umumnya menuju masyarakat madanî, masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Khutbah Kedua:

الحمد لله على إحسانِه، والشكر له على توفيقِه وامتنانه، وأشهد أن لا إلهَ إلا الله وحده لا شريكَ له تعظيمًا لشأنه، وأشهد أنّ سيّدنا ونبيّنا محمّدًا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، صلّى الله عليه وعلى آله وصحبِه وإخوانِه.
أمّا بعدفأوصيكم ونفسي بتقوَى الله.
يا عبادَ الله,ـ إن الله قد أمركم الله في كتابِه الكريم فقالإِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا[الأحزاب:56].

اللهمّ صلّ وسلّم على عبدك رسولك محمّد، وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الأربعة الراشدين
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rezki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zalim dan kafir.”
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.”
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَااَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.”
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.”
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama