PKS Lampung Selatan
Rangkasbitung(17/06) Negeri ini carut marut. Kepala jadi lutut. Lutut jadi sikut. Tak tahu siapa yang diikut. Asal bapak manggut manggut , semua nurut. Semua jadi penakut.

Semakin ke sini semakin jelas apa maumu. Wajahmu lugu, tapi kelakuanmu lebih menyakitkan dari pendahulu pendahulumu.

Di eramu semua nilai terjungkal balik. Yang buruk jadi baik. Yang baik jadi tidak laik.

Di mana slogan pro rakyat yang pernah kau teriakan. Di mana hidup sederhana yang pernah kau koar-koarkan. Mana janji janjimu yang pernah kau ucapan.

Membela rakyat hanya retoreka. Kau pakai bila butuh suara. Setelah suara didapat itu tinggal cerita.

Kau biarkan penduduk Luarbatang terluntah luntah,  setelah sekian tahun mereka menempati rumah. Tak ada pembelaan, tak ada ibah, walau jelas status tanah.

Di bulan suci ini, bulan  Ramadhan. Seribuan perda bernuansa syariah kau batalkan. Sebab kau anggap tidak toleran.

Sebelumnya, ada usaha  hidupkan kembali faham komunis. Padahal sama sekali tidak pancasilais, bahkan tak bertuhan alias atheis. Kau diam dan tak menggubris.

Ingat, sepandai apa pun kau berhias, pasti ada hari naas.

Sepandai apapun kau bersandiwara, suatu saat pasti  kena getahnya.

Sepandai apa kau berakting, ada saatnya kau terpelanting.

Sepandai apa kau bungkam media, ada cara lain bagi  Allah membongkar berita.

Sepandai apa kau bertopeng, satu saat kan terlihat wajah yang bopeng.

Bumi ini bak sebuah desa yang sunyi. Semua impormasi datang dari pojok sana dan sini. Terlalu kecil tuk bersembunyi.

Ada yang tak bisa dilawan yaitu usia. Sebesar apapun kau berkuasa, masih hebat Fir'aun di zaman Musa. Tapi bersama berlalunya masa, Fir'aunpun binasa.

Sebanyak apapun kau punya harta, Qarun masih lebih kaya. Diapun mati hanya tinggal kisah dari orang orang berdosa.

Sekuat apa kau punya balatentara, Hamman lebih kuat bala balatentaranya, sekokoh gunung Himalaya. Tapi toh binasa juga, tenggelam bersama Fir'aun dan pasukannya.

Sungguh hal itu mudah bagi Allah. Sebab Dia Maha Perkasa lagi Maha Gagah.

Sumber :
Komiruddin Imron

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama