PKS Lampung Selatan
Penengahan (26/04) Mendekati usia 40 tahu rosululloh dianugerahi kebiasaan berikhtila’ di gua Hiro (sebelah barat daya kota Mekah). Beliau tinggal beberapa malam, kadang 3 malam, 10 malam hingga satu bulan, kadang pulang hanya untuk mengambil perbekalan kemudian melanjutkanya lagi. Hal ini dilakukan hingga kedatangan jibril membawa wahyu yg pertama.

Hikmah dari uzlah yang dilakukan rosululloh di gua hiro. (Dr Muhammad Sa’id Romadhan Al Buthy, Siroh Nabawiyah, Robbani Pers, 1999 )

Seorang muslim tidak akan sempurna keislamannya (betapapun ia memiliki akhlak mulia dan melaksanakan ibadah bahkan dakwah),  sebelum menyempurnakannya dg melakukan ikhtila’. Karena setiap jiwa manusia memiliki penyakit yg tdk bisa disembuhkan kecuali dengan obat "menyendiri".

Setiap orang memiliki potensi untuk disusupi sifat Sombong, ujub, dengki, riya, tamak, kikir, buruk sangka, malas, lemah, gelisah, ragu, pengecut, lalai, mau menang sendiri, cinta dunia, ingin dihormati, takjub dg diri sendiri, memuja yg kaya & terhormat, merendahkan yang miskin & lemah,  dsb. Yang semua itu akan merusak batin bahkan bisa merusak nilai amal hingga tidak bernilai disi Alloh Swt, meskipun lahiriahnya sentiasa melakukan amal sholeh, tekun beribadah bahkan cakap dalam dakwah.

Oleh karena itu, semua pemyakit hati itu harus diobati secara rutin dan terprogram. Hingga lahir sifat positip- konstruktip, ikhlas, lembut, Bijak, penyayang, tawadu’, kona’ah, itsar, mujahadah, sabar, penyantun, berani, tegar, tanggung jawab, cemburu pada kebaikan, rajin menuntut ilmu, rindu syurga.

Uzlah dalam rangka mengasah jiwa ini,  dilakukan dengan sarana Menyendiri untuk memfokuskan pada beberpa hal antar lain :

1. Mengadili diri (muhasabatun nafs)
2. Merenungkan hakekat diri,
3. Memahami hakekat Penciptaan,
4. Merasakan kebutuhan terhadap taufiq Alloh tiap saat,
5. Menghadirkan kelemahan manusia dihadapanNya,
6. Merasakan Betapa tidak bergunanya celaan manusia
7. Merasakan pengawasan Alloh,(murokobatulloh)
8. Merenungkan fenomena alam sbg bukti kebesaranNya
9. Merenungkan keagungan Alloh dg nama dan sifatNya,
10. Menghadirkan kedasyatan sakaratul maut, hari akhir, siksa, dan syurgaNya

Sehingga  penyakit yang melekat dalam jiwa manusia menjadi berguguran dan hati menjadi hidup dengan cahaya kesadaran dan kejernihan, tdk ada lg kotoran dunia yang melekat. Langkah Selanjutnya adalah menumbuhkan mahabbah ilahiyah (kecintaan kepada Alloh SWT) Dengan :

1. Memperbanyak tafakur, ttg ciptaan dan nikmatnya,
2. Merenungkan keagungan dan kebesarannya,
3. Memperbanyak zikir dg hati dan lisan,

Sehingga semua yang besar terlihat kecil, melecehkan segala tawaran dunia, memandang enteng segala celaan gangguan, siksaan,  itulah bekal yang harus dipersiapkan para penyeru dakwah, agar tidak mudah lemah.

Inilah dorongan spiritual dari dalam hati, sehingga akan lahirnya Rasa Takut, Cinta dan Harap. Sehingga dengan modal ini da’i akan mampu mengemban amanah dakwah bahkan tidak menutup kemungkinan melakukan yang tdk dpt dilakukan secara rasional.

Asysyatibi berkata : " Orang yang takut akan tetap bekerja meskipun terasa berat. (Karena Ketakutan yang lebih besar melahirkan kesabaran menghadapi ketakutan kecil meskipun tergolong besar). Orang yang Berjarap akan bekerja meskipun sulit, (Karena harapan akan kesenangan pada masa yang akan datang, akan menimbulkan kesabaran utuk menghadapi kesulitan), Orang yang cinta akan bekerja dengan mengerahkan segala upaya (karena cinta dan rindunya Pada kekasih, akan memudahkan  segala kesulitan dan mendekatkan segala yang jauh) ".

Namun yang harus diwaspadai dari ajaran tasauf Ini adalah, uzlah merupakan obat, jadi hanya digunakan dengan kadar tertentu, sesuai keperluan. Jika tidak, hal ini akan berubah menjadi penyakit yang harus dihindari.

Meskipun pada kasus tertentu, ditemukan riwayat orang sholeh yang melakukanyya dengan terus menerus, namun itu tidak dapat dijadikan hujjah. Setelah periode Islam Rosululloh Saw dan para sahabat mengajarkan ikhtila’ pada waktu-waktu tertentu seperti sepertiga malam, i’tikaf, sepuluh hari bulan romadhan,  dll.

Semoga romadhon tahun ini kita dapat menyempurnakannya. " Allohumma barik lana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna romadhona". Amiin.



Sumber : Mas TOP (Muhammad Taufiq / Wakil Ketua DPD PKS Lampung Selatan)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama