Kalianda - Ujian harta bagi orang beriman
bukan pada pendistribusiannya, tapi lebih pada cara mendapatkannya. Banyak
orang yang tidak keberatan menyalurkan hartanya di jalan kebaikan, seperti
zakat, infaq, bersedekah, makaf, membangun masjid, menyantuni anak yatim,
umroh, haji dan lainya. Tapi dalam mencari harta tidak banyak orang yang bisa menghindari
korupsi, riswah (suap), riba, manipulasi, dusta, mengurangi timbangan dan
sebagainya
Oleh karenanya Alloh SWT
senantiasa memberikan ulasan yg panjang dan rinci tentang sistem ekonomi,
seperti jual beli, pinjam meminjam, gadai, pencatatan transaksi, saksi dalam
transaksi,
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu),
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.
Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil;
dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis
dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu(282). Jika
kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180]
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (283). Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu
atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
(284) (QS: Al-Baqarah
282-284)
sampai soal penerima warisan dan
penerima zakat (mustahiq), Namun
dalam urusan menyalurkan harta cukup dengan ayat - ayat yang pendek dan
ringkas, seperti zakat, shodaqoh, memberi makan faqir miskin dan sebagainya.
Sejarah islam juga memcatat,
betapa para sahabat muhajirin, begitu saja meninggalkan rumah, kendaraan,
peternakan, tanah dan hartanya, untuk memenuhi panggilan Alloh SWT dan
rosulnya. Demikian juga sahabat anshor dengan ikhlas membagi, asetnya rumah,
perkebunan, harta, kepada saudaranya muhajirin.
Namun saat perang uhud
berkecamuk, betapa persoalan perebutan ghonimah seolah-olah melupakan mereka
dari Alloh SWT dan rosulnya, melalaikan mereka dari nilai ukhuwah, menjauhkan
mereka dari dakwah. Sehingga perebutan harta itu hampir membinasakan mereka
sendiri dan jamaah dakwah, jika bukan karena pertolongan Alloh SWT, Begitulah
beratnya ujian dalam mencari harta, generasi terbaik sepanjang jamanpun tidak
lepas dari jeratan ujian ini.
Hingga kita saat ini, karena
tuntutan kebutuhan yang sudah di depan mata, untuk mendapatkannya juga tidak
mudah. Akhirnya ini menjadi perangkap syaithon. menjauhkan kita dari tujuan
dakwah.
Semoga kita dimudahkan mendapat
rejeki yang berkah, dan mengokohkan kaki kita dibarisan dakwah. Wallohu’alam
Sumber : Ust Muhammad Taufik
S.Sos
Posting Komentar