PKS Lampung Selatan
Penengahan (02/05) Jauh sebelum masa hidupnya, nama besar Muhammad Saw sudah di kenal di segala penjuru negri. 2000 tahun sebelum kelahirannya, Kitab Taurat, Zabur dan Injil telah lebih dahulu mempopulerkannya. Maka wajar jika Watoqoh bin naufal (ahlul kitab/ pamannya khodijah) dan pendeta Bahiro sudah mengenal nabi sejak pertama kali berjumpa. Bahkan sebagian ulama meyakini Ruh Muhammad telah diciptakan sebelum Alloh menciptakan Adam As.

Karena keagungannya ini, maka tak heran jika sejak kelahiranya Rosul Saw senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Alloh Azzawajalla. Kemuliaan dan keberkahannya dirasakan bukan hanya setelah menerima wahyu, tapi sejak kelahiran bahkan saat dalam kandungan.

Tidak seperti kebanyakan wanita, Ibunda Aminah tidak merasakan kepayahan dan kesakitan selama mengandung dan melahirkan,  Halimah sakdiyah menjadi kaya dari ternak semenjak kehadiran rosul dalam kehidupannya. Bahkan ketika kemarau panjang, kepala suku bani sakdiah pernah berdoa minta hujan dengan mengangkat bayi Muhammad diatas kepalanya, dan beberapa saat kemudian turun hujan lebat.

Atas jaminan dari Alloh inilah, hikmah rosul bukan hanya dimulai sejak menerima wahyu, namun masa sebelunya juga mengandung banyak i’tibar (pelajaran). Terutama dalam pendidikan karakter bagi generasi muda(matinul khuluq).

Pada awal masa hidupnya, jazirah arab berada di puncak kejahiliahannya. Menyembah patung, perang antar kabilah, judi, mengundi wanita, khomer, zina, membunuh anak wanita, memakan riba, mengundi nasib, praktek perdukunan, menindas yang lemah, membangga-bangakan nenek moyang, membela mati-matian suku, hura-hura dan pesta-pora, semuanya menjadi gaya hidup masyarakatnya.

Namun keluarganya yang dikenal mulia dan terhormat menjauhkanya untuk berinteraksi dengan segala prilaku hina tersebut. Sehingga tertanam pada jiwanya untuk menolak segala tradisi jahil yang berkembang di lingkungannya. Pendidikan yang diterima (atas bimbingan Alloh Swt) berhasil membina Sifat hanif, sederhana, sidik, jujur, amanah, lembut, penyayang, sopan, ramah, adil, bijak, berani, membela yang lemah, menyantuni yang miskin, memuliakan tamu, menghormati orang tua dll.

Sejak belia, usia 4 tahun (bersama halimah) diajak menggembalakan kambing dan bercocok tanam. Dan ketrampilan ini dipelihara hingga hidup bersama pamannya abu tholib. Meskipun tetap mendapat kasih sayang lebih. mereka mendidiknya untuk selalu siap bekerja keras dan mandiri.

Pada usia 8 tahun bersama Abdul Mutholib (datuk) sudah berinteraksi dengan perdagangan, kepemimpinan, kepahlawanan dan sastra di Pasar Ukaz, Mujanna dan Dzul Majaz (40 km dr mekah). Pasar masa itu di gelar setahun sekali selama sepekan sampai satu bulan menjelang musim haji (Seperti PRJ sekarang). Selain menjual bahan makanan, pakaian, tembikar, perhiasan, ternak, budak. Juga ada perhelatan gulat, pacuan kuda, memanah, lomba sastra, perundingan antar suku bahkan perjanjian perang.

Sebuah pengalaman yang luar biasa Pada usia 18 tahun ( kelas XII ) sudah menjelajahi syam, dg menempuh perjalanan selama satu bulan dr mekah menuju pusat perdagangan internasional (singapura sekarang) karena merupakan lintasan barang dan jasa dari persia, romawi bahkan cina dan india.

Sejak awal kehidupanya, beliau membatasi diri dengan hingar bingar dunia hiburan. Hingga untuk kali pertama dan terakhir, saat menggembala kambing terbersit keinginan untuk nonton "orgen tunggal" namun Alloh menidurkannya, hingga acara bubar. (Al Hadits).
Kasih sayang dan hormat pada orang tua nampak sangat jelas. Saat Halimatus sakdiyaj ikut hijtaj kemadinah rosululloh menyambutmya dengan memanggil mangil belau dengan seruan "Ummy.. Ummiy" (al Hadits). Demikian juga saat kematian Fatimah binti Asad (bibinya/Istri Abu tholib) beliau berlakata " Hari ini Ibuku wafat", kemudian beliau mengambil bajunya untuk di jadilan kafan dan beliau sendiri yang memasukkan jasad ibunda ke liang lahat

Pelajaran keberanian dan kepahlawanan, didapat dari 9 orang pamannya yang membawanya dalam Perang Fijar, diakhir masa remajanya (usia 20 th). Meskipin rosul hanya mendapat tugas membawa senjata dan mengumpulkan anak panah untuk paman-pamannya. (sebagian riwayat menyebutkan rosul juga ikut melepaskan anak panah).

Demikian juga sikap kepedulian dan pembelaan pada kebenaran di dapat pelajarannya dari kesertaanya mendampingi sang paman (Zubair bin Abdul Mitholib) dalam menginisiatipi "Hilful Fudhul" ( Perjanjian Mulia). Dimana perjanjian ini diawali dg kedatangan pedagang dari Bani Asad bin Khuzaimah (dr yaman) pd bln dzulqo’dah. Ia di "palak" oleh ’Ash bin Wa’il As sahmi (preman Mekah). Lalu ia berseru di depan kabah atas penganiayaan warga pribumi itu. Atas tindakan pelecehan itu sang paman mengumpulkan para pimpinan kabilah qutaisy  di rumah Abdulloh bin Jud’an untuk membuat perjanjian melindungi siapa saja yang mendapat perlakuan semena mena di negri Makkah. Dan Rosul Saw menjadi peserta rapat termuda ( karena diajak oleh pamannya).

Kumpulan dari perlakuan-perlakuan dan pengalaman atas keterlibatannya dalam peristiwa penting itu sangat membekas pada diri rosul, hingga turut membentuk karakternya. Karenanya sejak masih "bujangan", beliau sudah dijuluki "Assodiqul Amiin" (yang benar dan terpercaya). Benar dalam berpikir, benar dalam bersikap, benar dalam berkata dan bertindak.

Semoga kita dianugerahi kekuatan, taufiq dan hidayah oleh Alloh SWT. Untuk dapat mendidik diri dan generasi nanti, dengan rangkaian pengetahuan, pengalaman, keterlibatan hingga terbangun generasi robbani.

Selamat Hari Pendidikan Nasional

Sumber : Mas TOP (M Taufiq / Wakil Ketua DPD PKS Lampung Selatan)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama